Selasa, 27 November 2007

Kaset ‘Blue’

(Serial Teh Kepyur)

Seperti biasa, selepas mandi sore, Pak Kromo leyeh-leyeh di kursi ruang keluarga. Lalu, nyetel tipi dan jemari tangannya mulai mencet-mencet remot untuk mencari sasaran acara tipi yang sesuai seleranya. Kalau sudah begitu, Bu Sugi sangat paham apa yang mesti diperbuat untuk menyenangkan sang suami; ke dapur, lalu membuatkan teh kepyur kesukaan Pak Kromo.
Merebaknya iklan teh celup, tidak membuat Pak Kromo pindah ke lain teh. Ia tetap setia pada selera awal, teh kepyur.
“Terima kasih ya Buk...,” ujar Pak Kromo yang disambut senyum dan anggukan Bu Sugi sebagai jawabannya. “Wah... tumben..., Ibuk juga buatin makanan favorit Bapak,” tambah Pak Kromo setelah melihat istrinya membawa piring berisi pisang goreng. Semakin mendekat, semakin aromanya menusuk-nusuk hidung Pak Kromo. “Hemmm... masih anget,” guman Pak Kromo pelan setelah tangannya meraih satu pisang goreng. Bu Sugi masih terdiam, hanya matanya kedhip-kedhip meniru gaya mata boneka barbie. Namun, suasana damai itu lalu tiba-tiba berubah saat Bu Sugi menatap sebuah bungkusan di atas rak tipi.
“Pak... itu apa?” tanya Bu Sugi sambil jarinya menunjuk ke arah bungkusan tersebut.
“O... itu kaset blue...” sahut Pak Kromo singkat.
“Kalau naruh kaset gituan mbok jangan di sembarang tempat. Entar kalau ketahuan anak-anak kita dan disetel sama mereka kan jadi kurang baik,” tukas Bu Sugi dengan nada sewot.
Belum sempat Pak Kromo menanggapi, Bu Sugi sudah keluar rumah, karena mendengar suara Jeng Tika, tetangga sebelah, memanggilnya. Pak Kromo tak bergeming dari tempat duduknya. Tatapan matanya tetap fokus dan konsisten pada layar kaca sambil sesekali nyruput teh kepyur dan lahap menyantap pisang goreng.

* * * * *

Malam mulai merangkak. Rintik gerimis terdengar gemeritik di genteng rumah Pak Kromo. Setelah Bu Sugi menidurkan Eka, putrinya yang masih duduk di bangku kelas 5 SD, ia menghampiri Pak Kromo yang tengah asyik membaca buku di ruang tamu.
“Pak... kapan kaset blue-nya mau disetel?” tanya Bu Sugi sempat mengagetkan Pak Kromo.
“Hemmm...” Pak Kromo memandang Bu Sugi sambil mengerutkan dahi.
“Walah... Bapak jangan pura-pura bingung begitu,” serobot Bu Sugi. “Kaset yang tadi siang Bapak taruh di atas rak tipi itu lho...” tambah Bu Sugi sambil memberi penjelasan. “Ibu jadi penasaran mau nonton..., kata jeng Tika, film blue itu isinya bagus... ada permainan dan sangat mendidik. Kata dia, saya sekali-kali perlu nonton film itu.”
Pak Kromo masih terbengong-bengong.
“Gimana sih Bapak ini, koq nggak siap dan tanggap terhadap keinginan istri. Ayo Pak cepet disetel, mumpung Eka dan Dodik sudah tidur.” Rengek Bu Sugi layaknya anak kecil yang minta dibelikan mainan pada orang tuanya.
“Lho... kaset itu sudah diambil sama Koko... itu kan pesenannya Koko,” timpal Pak Kromo.
“Koko??? Koko... anaknya Jeng Tika?”
“Ya... iyalah...! Habis..., Koko siapa lagi kalau bukan anaknya Jeng Tika. Di perumahan ini kan cuma ada satu Koko,”
jawab Pak Kromo menegaskan.
“Ah... masak anak-anak seperti Koko pesan kaset blue? Apa Jeng Tika tahu?”
“Lha jelas tahu tho Buk...! Wong justru yang nitip ke bapak untuk membelikan kaset cd itu Jeng Tika koq.”
“Edan tenan...! Dunia makin bubrah... ! Jadi jeng Tika pesen kaset blue untuk anaknya?”
“Lho... ya ndak popo tho Buk..., lha wong isinya apik banget koq.”
“Lho, emang isinya apa tho Pak? Bukankah kaset itu isinya adegan-adegan khusus untuk orang dewasa. Adegan-adegan porno. Kenapa Jeng Tika membelikan untuk anaknya?”
“Ooo... walah Buk. Jadi ini tho yang bikin Ibuk tadi siang agak marah sama bapak? Kaset tadi bukan kaset gituan. Itu kaset cd kartun berjudul Blue’s Clues. Kartun kesukaan anak-anak yang sering disiarkan di salah satu stasiun tipi swasta. Agar mudah, bapak menyebutnya dengan sebutan kaset blue. Gitu...”
“...Oooo...?!?!”
sahut Bu Sugi singkat. Mukanya nampak mulai memerah, mungkin karena ia malu atas pemahamannya yang keliru. Beberapa detik kemudian ia meninggalkan Pak Kromo menuju kamar tidurnya.


(Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Habitus edisi Maret 2006. Namun sayang, karena beberapa hal majalah tersebut akhirnya berhenti terbit. Dan… untuk mengenang majalah tersebut, artikel yang saya tulis untuk kolom ‘Teh Kepyur’ ini, sengaja saya tampilkan di blog leksismenulis. Semoga bermanfaat dan bisa membuat Anda tersenyum oleh ulah keluarga Pak Kromo.)

2 komentar:

escoret mengatakan...

kok ga pernah muncul di loenpia bos..????

R. Lilik Siswanto mengatakan...

Heem nih Bang... lagi banyak di darat beberapa hari ini.hahaha...

SELAMAT DATANG

[blog ini berisi tulisan, karya, dan pemaknaan terhadap perjalanan hidup saya]

Yang telah terbit:..

 

brankas coretan:..


Buku Tamu:


Free shoutbox @ ShoutMix

Jumlah Pengunjung

Powered By Blogger